Jumat, 10 April 2015

Dahulu dikalangan masyarakat Madura, khususnya di pedesaan ada tradisi mapar gigi atau merapikan gigi. Tradisi mapar gigi, dilakukan oleh seorang gadis yang akan melangsungkan Pernikahan.

Tujuannya, agar bentuk gigi sang gadis terlihat lebih rapi dan menarik. Selain itu, mapar gigi juga mengandung makna membuang segala macam sangkal pada diri sang gadis sebelum memasuki kehidupan yang baru.

Beberapa tahapan untuk mapar gigi, antara lain pembacaan kidungan atau mocopat, dan pencukuran rambut halus di dahi dan tengkuk diadakan di rumah sang gadis. Sementara untuk prosesi pembuangan rambut halus sebagai simbol pembuangan sangkal berlangsung di perempatan jalan dalam sebuah kirab atau arak-arakan.

Seluruh tahapan tersebut dipimpin oleh ahli papar gigi. Dalam melaksanakan tugasnya Sang ahli mapar akan dibantu oleh ahli mocopat beserta tukang tegesnya yang akan membacakan kidungan atau mocopat ketika prosesi mapar gigi dilakukan.

Sedangkan pihak lain yang juga terlibat dalam penyelenggaraan upacara adalah: keluarga gadis yang akan dimapar giginya, calon suami si gadis beserta kerabatnya, beberapa orang gadis yang nantinya akan bertugas mengitari sang gadis saat dupa dibakar, dan para seniman soren, hadrah, dll yang nantinya akan mengiringi calon pengantin saat melakukan kirab.

Peralatan dan perlengkapan yang perlu dipersiapkan dalam upacara mapar gigi dibagi menjadi tiga, yaitu yang dipersiapkan oleh pihak calon mempelai laki-laki adalah ban-giban atau barang-barang bawaan berupa bermacam-macam kue, alat-alat rias, dan lain sebagainya yang ditaruh dalam sebuah kotak besar berukir (judang).

Peralatan dan perlengkapan yang disediakan oleh pihak keluarga calon mempelai perempuan adalah: beraneka macam jajanan pasar yang nantinya akan digunakan sebagai suguhan bagi para tamu dan rampatan (sesajen), kelapa gading, telur ayam, air kumkuman seribu kembang, nasi kuning, dan dhamar kambang (lampu minyak kelapa). Terakhir, peralatan yang disediakan oleh ahli papar gigi berupa: batu asah, pisau yang menyerupai kikir, dan batu pengganjal. (sanggarkoma/choir)
Categories:

0 komentar:

Posting Komentar

Subscribe to RSS Feed Follow me on Twitter!